Deretan Pelatih Muda Terbaik dalam Sejarah Piala Dunia

Sejumlah pelatih muda pernah tercatat meraih prestasi mengesankan saat memimpin timnya di putaran final piala dunia. 

Bicara mengenai kesuksesan tim di piala dunia, tentu bukan saja para pemain yang terlibat. Sosok pelatih seringkali terpinggirikan dari perhatian publik. Mereka layak mendapat apresiasi atas prestasi timnya, terutama jika mereka masih berusia dibawah 40 tahun. Ya, mereka bisa dibilang cocok dalam kategori pelatih muda, karena umumnya para pelatih memulai karirnya usai gantung sepatu saat berusia 30an akhir atau malah 40an. 

Dalam sepakbola modern, sejatinya para pelatih muda sudah mulai mendapat kepercayaan menangani tim-tim besar. Lihat saja Julian Nagelsmann, pelatih Bayern yang masih berusia 35 tahun, sebaya dengan Thomas Muller dan bahkan lebih muda dari Manuel Neuer sang kapten! Ada juga pelatih Sporting Lisbon yang sukses memberikan gelar liga domestik pertama dalam kurun waktu hampir 20 tahun, Ruben Amorim atau pelatih RB Salzburg Matthias Jaissle yang masih berusia 34 tahun. 

Di piala dunia 2022, dua pelatih termuda yang memimpin timnya lolos hingga perempatfinal saat ini, arsitek tim Argentina, Lionel Scaloni dan Walid Regragui, bos tim Maroko, sudah berusia masing-masing 44 dan 47 tahun. Lalu adakah para pelatih muda dibawah 40 tahun yang mampu berprestasi di piala dunia? Tentu saja ada. Berikut ini adalah tujuh sosok pelatih belia tersukses sepanjang sejarah penyelenggaraan turnamen terakbar empat tahunan ini.

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI Fun88

  1. Albert Batteux (Prancis di Swedia 1958)

Di kalangan sepakbola Prancis, namanya tersohor sebagai salah satu pelatih sukses. Ia lah sosok dibelakang keberhasilan Reims menjadi finalis European Cup, nama lama Liga Champions, di edisi 1956 and 1959, plus lima gelar liga domestik. Yang menarik, Batteux juga merangkap posisi pelatih Les Blues di piala dunia 1958 saat masih berusia 39 tahun. Saat itu mereka mampu melaju hingga meraih medali perunggu usai menggilas Jerman 6-3 di perebutan tempat ketiga. Itulah prestasi tertinggi tim Ayam Jantan sebelum menjadi kampiun di edisi 1998. Usai kesuksesan tersebut, Batteux tidak berhenti memenangkan gelar. Klub yang ditangani berikutnya, Saint Etienne dibawa mendominasi Ligue 1 tiga musim berturut-turut dari 1968-1970. Pasang taruhan anda untuk laga-laga timnas Prancis di Qatar 2022 hanya di link alternatif fun88. 

  1. Jurgen Klinsmann (Jerman di Jerman 2006)

Namanya lebih tenar sebagai striker andalan tim Panser di dekade 1990an dimana ia ikut berperan membawa Jerman meraih gelar Piala Dunia 1990 dan Piala Eropa 1996. Namun sebagai pelatih, Klinsi, nama julukannya, nyaris tidak dikenal. Tak pelak ketika DFB menunjuknya sebagai pelatih kepala di tahun 2004, publik pun terheran-heran. Namun, Klinsmann mampu merubah stigma timnas Jerman yang bermain membosankan dengan permainan enerjik akhirnya mulai mendapat simpati saat putaran final piala dunia 2006 berlangsung. Sosok eks striker Inter Milan dan Tottenham yang saat itu masih berusia 38 tahun mampu membawa Michael Ballack dkk melaju hingga meraih tempat ketiga. Usai piala dunia, ia sempat menangani Bayern Munich di musim 2008/09 namun gagal. Klinsmann pun kemudian memimpin timnas AS untuk Piala Dunia 2014 dimana mereka hanya mampu bertahan hingga babak 16 besar. Klub terakhir yang dilatihnya adalah Hertha Berlin di tahun 2019 lalu. 

  1. Claudio Coutinho (Brasil di Brasil 1978)

Nama Claudio Coutinho merupakan sosok yang unik dalam sejarah sepakbola Brasil. Ia adalah pelatih Seleccao yang memiliki latar belakang militer. Tak heran jika tim Samba di bawah asuhannya lebih mengandalkan kedisiplinan dalam bertahan. Ia pun bertugas menangani Emerson Leao cs di piala dunia 1978 saat masih berusia 39 tahun. Sayangnya, timnya menjadi korban konspirasi Argentina di fase grup kedua yang membuat mereka gagal lolos ke partai puncak meski tak terkalahkan sepanjang turnamen. Coutinho membawa Brasil meraih tempat ketiga usai mengalahkan Italia 2-1 di laga playoff. 

  1. Henri Michel (Prancis di Meksiko 1986)

Prancis kembali memiliki sosok pelatih muda yang mampu mengulang pencapaian mereka di edisi 1958 yang lalu. Ia adalah Henri Michel, eks punggawa Les Blues di piala dunia 1978. Ia saat itu masih berusia 39 tahun saat dipercaya FFF (PSSI-nya Prancis) untuk memimpin Michael Platini dkk di Meksiko 1986. Ternyata keputusan tersebut dibayar tuntas oleh Michel dengan membawa mereka meraih tempat ketiga usai mengalahkan Belgia di laga playoff. Sebelumnya, ia juga berhasil memenangkan medali emas di Olimpiade Los Angeles 1984. Setelah itu, ia sempat menangani PSG di musim 1990/91 namun Les Parisien hanya finis di papan tengah klasifika. Michel memilih berkelana di Afrika. Tak tanggung-tanggung, tiga tim zona CAF dibawanya lolos ke putaran final piala dunia. Mereka adalah Kamerun di AS 1994, Maroko di Prancis 1998 dan Pantai Gading di Jerman 2006. 

  1. Cesar Luis Menotti (Argentina di Argentina 1978)

Menotti dikenal sebagai salah satu filsuf sepakbola. Ia masih berusia 39 tahun saat membawa Argentina menjadi kampiun untuk pertama kalinya di piala dunia 1978. Terlepas dari kontroversi penyelenggaraan selama turnamen, Menotti mampu menghadirkan gaya permainan menyerang yang atraktif mengandalkan permainan cepat dengan bola-bola pendek. Di level klub, El Flaco sukses memenangkan gelar liga domestik bagi Huracan di tahun 1973, Copa del Rey dan Piala Super Spanyol bagi Barcelona di tahun 1983. 

  1. Alberto Suppicci (Uruguay di Uruguay 1930)

Ia adalah pelatih termuda yang pernah membawa timnya mengangkat trofi piala dunia. Suppicci saat itu masih berusia 31 tahun saat memimpin Uruguay di piala dunia perdana. Di bawah asuhannya, La Celeste juga pernah menjadi finalis di Copa America 1941. Di level klub, satu-satunya gelar yang pernah diraihnya adalah juara liga domestik 1945 bersama Penarol. 

  1. Mario Zagallo (Brasil di Meksiko 1970) 

Mario Zagallo adalah bisa dibilang merupakan salah satu pelatih muda tersukses sepanjang sejarah piala dunia. Hal ini tak lepas dari keberhasilannya memenangkan trofi piala dunia ketiga bagi tim Samba dengan permainan atraktif khas jogo bonito di piala dunia 1970. Tak heran jika Brasil saat itu dianggap sebagai Selecao terbaik yang pernah ada. Yang menarik, Zagallo masih berusia 38 tahun saat itu. Di level klub, eks pelatih Kuwait, Arab Saudi dan UEA ini pernah memberikan gelar juara liga di tahun 1968 bagi Botafogo dan 1979 bagi klub Arab Saudi Al-Hilal.