Para Bintang Tak Terduga di Piala Dunia

Piala dunia tidak hanya menjadi panggung para bintang utama tim, namun juga tak jarang menghasilkan para bintang tak terduga. 

Bintang tak terduga dilapangan hijau selalu muncul di berbagai ajang dan kesempatan, termasuk di ajang terakbar empat tahunan ini. Mereka berkesempatan untuk unjuk gigi umumnya karena cedera yang diderita pemain utama, performa kurang memuaskan dari para bintang atau karena penampilan mengejutkan timnya. Piala Dunia 2022 pun tidak lepas dari kehadiran para bintang tak terduga tersebut. Sebut saja Julian Alvarez, Enzo Fernandez dan Alexis MacAllister (Argentina), Theo Hernandez (Prancis), hingga Dominik Livakovic (Kroasia) dan Sofyan Amrabat (Maroko. Berikut ini adalah 10 bintang tak terduga terbaik dalam sejarah piala dunia namun hanya bersinar di satu edisi saja. 

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI 12bet

  1. Robert Gadocha (Polandia – 1974)

Namanya tak banyak dikenal namun performanya di edisi 1974 tak terlupakan. Sejauh ini, Robert Gadocha menjadi satu-satunya pemain yang mampu membuat delapan umpan gol di satu edisi piala dunia. Sebuah rekor tersendiri. Eks pemain Legia Warsawa ini menyumbang dua assist saat mengalahkan Argentina 3-2 di laga perdana plus lima assist saat membantai Haiti di laga kedua. Satu umpan gol lainnya dibuat di fase grup kedua ketika menghadapi Yugoslavia. Kontribusinya membantu Polandia melaju hingga meraih peringkat ketiga. Sayangnya, Gadocha hanya bersinar di Jerman 1974 namun tidak lagi berlaga empat tahun kemudian. Pasang taruhan anda untuk final piala dunia Qatar 2022 hanya di link alternatif 12bet. 

  1. Kenneth Anderson (Swedia – 1994)

Penyerang jangkung tim Blagut ini benar-benar meroket penampilannya saat berlaga di AS 1994. Berduet dengan Martin Dahlin didepan dan ditopang oleh sang bintang Tomas Brolin, Anderson mampu mencetak lima gol dan mengkreasi gol dua kali sepanjang turnamen dan membantu negaranya meraih peringkat ketiga. Namun, mantan penyerang Bologna tersebut gagal tampil apik di Piala Eropa 1992 serta gagal membawa Swedia lolos ke turnamen mayor hingga ia gantung sepatu. 

  1. Ilhan Mansiz (Turki – 2002)

Mansiz sejatinya bukan penyerang utama skuad Senol Gunes. Ia tidak pernah turun sepanjang 90 menit penuh kecuali di laga perebutan tempat ketiga. Namun, siapa sangka ia justru menjadi top skor tim dengan torehan tiga gol plus satu umpan gol di piala dunia. Salah satu gol krusialnya merupakan gol emas di laga perempatfinal saat menyisihkan Senegal dengan skor tipis 1-0. Sayangnya, kiprah Mansiz usai piala dunia berakhir pun nyaris tak terdengar. Eks penyerang Besiktas ini hanya membela timnas Turki hingga tahun 2003 menyusul penurunan performa dan masalah kesehatannya.  

  1. Salvatore Schillacchi (Italia  – 1990)

Tidak ada yang menyangka bahwa pelapis Gianluca Vialli ini menjadi bintang di edisi 1990. Tak tanggung-tanggung, saat Vialli nirgol, Schillacci mampu meraih gelar pencetak gol terbanyak dengan enam gol plus satu umpan gol sekaligus membawa Italia menjadi peringkat ketiga. Namun, namanya kembali tenggelam usai piala dunia berakhir. Ia bahkan tidak masuk skuad Arrigho Sacchi empat tahun kemudian. 

  1. Just Fontaine (Prancis – 1958)

Namanya jelas menjadi bagian dari sejarah piala dunia dengan rekor torehan 13 gol dalam satu edisi yang membuatnya nangkring di puncak daftar top skor diatas sang legenda Pele. Yang menarik, eks penyerang Stade Reims ini termasuk bintang tak terduga mengingat ini hanya berkesempatan tampil dua kali membela Les Blues sebelum piala dunia 1958. Namanya juga tak pernah muncul kembali di skuad piala dunia 1962 maupun Piala Eropa 1960. 

  1. Guillermo Stabile (Argentina – 1930)

Kisah Stabile pun tak jauh berbeda dengan Fontaine, ia bukanlah striker pilihan utama Albiceleste di piala dunia 1930. Eks penyerang Huracan, Genoa dan Napoli ini baru turun di laga kedua saat membantai Meksiko 6-3 dan langsung mencetak hattrick. Total, Stabile membuat delapan gol sepanjang turnamen yang membuatnya meraih predikat top skor. Sayangnya, Argentina hanya menjadi runner-up turnamen. Ironisnya, ia tidak pernah lagi membela tim Tango usai piala dunia berakhir. 

  1. Dagomaj Vida (Kroasia – 2018)

Sebelum piala dunia 2018, namanya nyaris tidak dikenal. Namun, berkat performanya dilapangan, bek tengah berusia 33 tahun ini menjadi sosok kunci yang membawa Kroasia lolos ke final. Vida bahkan mencetak satu gol ke gawang Rusia di perempatfinal dan satu umpan gol di partai puncak. Namun, siapa sangka ia tidak diturunkan sama sekali di Brasil 2014 dan di Qatar kali ini. Namanya disingkirkan oleh bek muda enerjik, Josko Gvardiol. Meski begitu namanya selalu dikenang oleh pendukung tim Vatreni. 

  1. Danijel Subasic (Kroasia – 2018)

Kiper Hadjuk Split ini merupakan pahlawan Kroasia empat tahun lalu. Peran Subasic begitu menentukan di fase knockout saat mereka menyingkirkan Denmark dan tuan rumah Rusia lewat drama adu penalti. Eks kiper utama Monaco tersebut juga tampil menonjol saat mengalahkan Inggris di semifinal. Kini ia sudah pensiun dari timnas sementara di Brasil 2014, Subasic hanyalah pemain cadangan. 

  1. Fabio Grosso (Italia – 2006)

Fabio Grosso mungkin merupakan bintang tak terduga yang sukses mengangkat trofi piala dunia. Bek kiri Italia ini menjadi pemain penting dalam skuad Marcelo Lippi dan mencetak gol pembuka di semifinal saat mempermalukan Jerman 2-0. Grosso juga jadi penendang terakhir dalam adu penalti di partai puncak. Sayangnya, edisi 2006 merupakan piala dunia pertama dan terakhir baginya. Eks punggawa Palermo, Inter Milan dan Lyon tersebut tidak lagi masuk skuad utama Gli Azzurri di Afsel 2010. 

  1. Sergio Goycochea (Argentina – 1990) 

Bicara mengenai bintang tak terduga piala dunia, nama Sergio Goycochea tak bisa dikesampingkan. Ia baru turun di laga kedua versus Uni Soviet saat kiper utama Nery Pumpido cedera. Penampilannya langsung mencuri perhatian dengan menjaga gawangnya tetap tak kebobolan sekaligus membantu Argentina memperpanjang napas dengan mengalahkan USSR 2-0. Performa apiknya berlanjut di laga-laga berikutnya termasuk saat mengalahkan Brasil 1-0 di 16 besar, plus di 8 besar versus Yugoslavia dan semifinal melawan tuan rumah Italia dimana reputasinya sebagai jago menggagalkan penalti dalam adu tos-tosan kian lekat dengan dirinya. Meski hanya membawa Albiceleste sebagai finalis, eks kiper River Plate dan Millonarios itu dianugrahi kiper terbaik piala dunia 1990. Sayangnya, Goycochea tidak lagi menjadi kiper utama di AS 1994. Ia hanya jadi pelapis kiper utama Luis Islas.