Para Pelatih Petualang Langganan Piala Dunia

Sejumlah pelatih petualang menjadi langganan di putaran final piala dunia tanpa pernah sekalipun berkesempatan menangani timnas negara asalnya.

Piala dunia selalu menyimpan sejumlah fakta menarik, tak hanya berkaitan dengan rekor, penampilan tim ataupun para pemain di lapangan, namun juga sosok pelatih di pinggir lapangan. Mereka yang ternama seringkali mendapat kesempatan menangani negara asalnya dan tak jarang mereka pun mampu meraih sukses hingga juara dunia. Namun, beberapa yang lain lebih memilih sebagai pelatih petualang yang justru lebih dikenal dan sukses di negeri orang. Berikut ini adalah sejumlah sosok arsitek tim langganan piala dunia yang gemar bertualang ke berbagai negara tanpa pernah menangani timnas negara asalnya. Dua diantaranya bahkan bakal hadir di Qatar nanti.

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI 12BET

  1. Herve Renard (2018 & 2022)

Herve Renard adalah salah satu contoh pelatih yang lebih sukses saat berkarir di negeri orang. Arsitek tim asal Prancis ini bakal memimpin timnya tampil di piala dunia untuk kedua kalinya dengan tim yang berbeda. Empat tahun lalu, Renard sukses meloloskan Maroko ke putaran final setelah absen sejak edisi 2002. Sayangnya, ia gagal membawa Hakim Ziyech cs melaju dari fase grup usai hanya mampu menahan Spanyol namun takluk ditangan Iran dan Portugal. Di Qatar nanti, eks pelatih Zambia dan Pantai Gading ini bakal ditugaskan membawa Arab Saudi tampil lebih baik ketimbang empat tahun lalu. 

Prestasi terbaik Renard adalah memenangkan Piala Afrika untuk Zambia di 2012 dan Pantai Gading di 2015. Di level klub, nasib lebih kelam harus dialaminya saat kiprahnya bersama Sochaux dan Lille harus dihentikan sebelum musim kompetisi usai. Pasang taruhan anda di laga-laga tim Arab Saudi di piala dunia 2022 di link alternatif 12bet.   

  1. Blagoje Vidinic (1970 & 1974)

Namanya mungkin asing ditelinga kalangan pecinta sepakbola dunia, namun tidak bagi fans dua negara ini, Maroko dan Zaire. Eks punggawa Yugoslavia saat meraih medali emas Olimpiade 1960 yang lalu ini mampu meloloskan Maroko di edisi 1970 dan Zaire di edisi 1974 untuk menjalani debutnya di piala dunia. Sayangnya, performa anak asuhannya menurun di putaran final. Maroko hanya meraih satu poin dari hasil seri versus Bulgaria, namun dihantam Jerman dan Peru. Sedangkan, Zaire malah jadi bulan-bulanan Skotlandia, Brasil dan Yugoslavia empat tahun kemudian. Prestasi lain Vidinic hanyalah pernah membawa klub Maroko FAR Rabat meraih piala domestik di tahun 1971.

  1. Fabio Capello (2010 & 2014)

Sosok Fabio Capello bisa dibilang sangat tersohor di Italia dan Eropa pada dekade 1990an hingga 2000an. Ia pernah membawa AC Milan berjaya di Liga Champions 1994, plus sejumlah gelar liga domestik bersama AS Roma, Juventus, dan Real Madrid selain Rossonero. Meski begitu, eks gelandang tengah ini tidak pernah mendapat kesempatan menangani Gli Azzurri. Tawaran untuk menangani negara lain pun disabetnya, Capello meloloskan Inggris di Afsel 2010 dan Rusia di 2014. Namun, prestasi mengkilapnya di level klub gagal ditularkan bersama The Three Lions dan Sbornaya. Inggris harus bersusah payah untuk lolos ke 16 besar sebelum dibantai Jerman 1-4, sementara Igor Akinfeev dkk malah tak mampu lolos dari fase grup setelah hanya mampu bermain imbang dua kali lawan Korsel dan Aljazair namun tunduk dihadapan Belgia. 

  1. Luis Fernando Suarez (2006, 2014 & 2022)

Pelatih berkebangsaan Kolombia ini merupakan salah satu arsitek tim yang sudah berpengalaman meloloskan negara lain selain negara asalnya ke putaran final piala dunia. Qatar 2022 bahkan merupakan kesuksesan ketiganya tampil di ajang terakbar empat tahunan ini. Tim pertama yang dibawanya berlaga di putaran final adalah Ekuador di edisi 2006. Saat itu, Antonio Valencia dkk mampu melaju hingga babak 16 besar usai unggul atas Polandia dan Kosta Rika. Sayangnya, langkah mereka dihentikan oleh Inggris setelah sempat digasak Jerman 0-3. Di Brasil 2014, giliran Honduras yang dibawa lolos ke putaran final. Namun, mereka tidak mampu lolos dari fase grup setelah gagal bersaing dengan Ekuador, Swiss dan Prancis. Tahun ini, Suarez dibebani target membawa Kosta Rika tampil lebih baik ketimbang empat tahun lalu. 

  1. Phillip Troussier (1998 & 2002)

Troussier jauh lebih dikenal di Afrika ketimbang di tanah kelahirannya. Pelatih ini bahkan sempat mendapat julukan ‘sang dukun putih’ berkat kesuksesannya bersama sejumlah tim benua tersebut seperti Nigeria, Burkina Faso, dan Afsel, yang dibesutnya saat berlaga di putaran final Prancis 1998. Meski tersingkir di fase grup, Troussier dipilih untuk menangani timnas Jepang untuk piala dunia 2002 dimana mereka hanya mampu melaju hingga babak 16 besar usai dikalahkan Turki. Sebelum tampil di putaran final, pelatih kelahiran Paris ini sempat memenangkan gelar Piala Asia 2000, plus finalis Piala Konfederasi 2001 dan Piala Dunia U20 di 1999 bagi tim Samurai Biru. 

  1. Sven Goran-Eriksson (2002, 2006 & 2010)

Eriksson adalah sosok pelatih yang dikenal luas pada awal era 1980an hingga awal dekade 2000an. Arsitek tim asal Swedia ini pernah memenangkan gelar di kompetisi Eropa bersama IFK Goteborg di 1982, Lazio di 1999 plus runner-up UCL 1990 bersama Benfica. Prestasinya yang mencolok tersebut membuat FA kepincut menunjukkan sebagai pelatih kepala Inggris di piala dunia 2002 dan 2006. Sayangnya, pencapaiannya bersama David Beckham dan kolega hanya berhenti di perempatfinal. Di Afsel 2010, ia sempat menangani Pantai Gading di putaran final, namun Eriksson bahkan tidak mampu meloloskan mereka dari babak penyisihan karena tak mampu bersaing dengan Portugal dan Brasil. 

  1. Bora Milutinovic (1986, 1990, 1994, 1998 & 2002)

Bicara sosok pelatih petualang legendaris, tak ada yang bisa menandingi sukses Bora Milutinovic. Sosok arsitek tim asal Serbia ini pernah membesut lima negara yang berbeda di piala dunia tanpa sekalipun menangani negerinya sendiri. Bora tampil perdana bersama Meksiko di edisi 1986 dimana mereka lolos hingga perempatfinal sebelum disingkirkan Jerman lewat adu penalti, Kosta Rika di 1990, AS 1994 dan Nigeria di 1998 dimana masing-masing tim dibawanya hingga babak 16 besar, hingga Tiongkok yang menjalani debut piala dunianya di Jepang-Korsel 2002. Di level klub, Bora sempat sukses menangani UNAM Pumas di awal dekade 1980an dengan dua gelar Piala Champions CONCACAF di tangan.