Sejumlah Laga Politis di Ajang Piala Dunia

Laga politis kerap beberapa terjadi di putaran final piala dunia. Partai yang melibatkan dua negara yang sedang atau pernah terlibat konflik ini selalu menegangkan, meresahkan sekaligus dinanti. 

Di piala dunia Qatar 2022 pun bakal tersaji setidaknya satu laga sarat aura politik saat timnas Amerika Serikat bersua seteru politiknya hingga saat ini, Iran. Laga kedua di grup B ini menjadi salah satu partai di babak penyisihan yang paling ditunggu publik mengingat pasang surut hubungan politik keduanya. 

Dalam sejarah penyelenggaraan piala dunia, ada delapan laga politis yang pernah tersaji. Laga-laga tersebut tidak hanya melibatkan tim-tim yang secara geografis terletak berjauhan seperti AS dan Iran, namun juga negara-negara yang bertetangga. Berikut ini adalah delapan laga politis di ajang piala dunia.

JAGO TEBAK SKOR? MAIN DI Fun88

  1. Angola vs Portugal (Jerman 2006)

Laga Angola lawan Portugal di partai perdana kedua tim saat putaran final piala dunia edisi 2006. Pertemuan keduanya langsung menguak kisah lama kedua negara. Angola pernah menjadi wilayah jajahan Portugal selama lebih dari 500 tahun sebelum meraih kemerdekaannya di tahun 1975 lewat perjuangan keras. Sempat muncul kekhawatiran adanya perseteruan panas atau aksi brutal di lapangan seperti saat partai ujicoba kedua tim yang harus dihentikan di tengah laga karena adanya empat kartu merah bagi tim asal Afrika tersebut. Nyatanya, laga berlangsung di Koln tersebut cenderung membosankan, Luis Figo cs banyak membuang peluang, begitu juga dengan Angola yang secara kualitas masih dua tingkat dibawah anak asuhan Luis Felipe Scolari. Pada akhirnya laga berakhir dengan 1-0 saja lewat gol tunggal penyerang PSG saat itu, Pedro Pauleta. Pasang taruhan anda untuk laga-laga timnas Portugal di Qatar 2022 hanya di link alternatif Fun88.  

  1. Meksiko vs AS (Jepang-Korsel 2002)

Untuk pertama kalinya, dua tim asal zona CONCACAF harus bertarung di babak knockout memperebutkan satu tiket ke perempatfinal. Meksiko dan AS tidak selalu menjadi tetangga yang rukun, terutama berkaitan dengan isu imigran hingga narkoba. Kedua tim sudah lama bersaing di laga-laga regional namun baru kali ini mereka bertemu di level piala dunia. Laga memang berlangsung seru namun tidak ada aksi brutal dan sejenisnya. Tim Sombrero lah yang dibuat frustasi hingga kapten Rafael Marquez terkena kartu merah. Pertandingan berakhir 2-0 bagi AS berkat gol dari Brian McBride dan Landon Donovan. 

  1. Inggris vs Irlandia (Italia 1990)

Duel dua tim di wilayah Britania ini selalu meresahkan mengingat sejarah panjang konflik keduanya sejak abad ke 16 hingga konflik dengan golongan IRA pasca kemerdekaan Republik Irlandia dari Britania Raya di era 1980an. Yang lebih mengkhawatirkan bukan konfrontasi antar pemain dilapangan, melainkan para suporter kedua tim yang dikenal ganas. Apalagi di pertengahan dekade 1980an hingga awal 1990an fenomena hooliganisme masih marak. 

Untungnya, laga Inggris vs Irlandia yang digelar di Cagliari cenderung adem ayem saja. Kedua tim berbagi angka 1-1 dalam partai yang berlangsung dengan tensi cenderung rendah. Gary Lineker sempat membawa tim Tiga Singa unggul sebelum disamakan oleh Kevin Sheedy. Hasil yang memuaskan bagi kedua tim yang akhirnya juga berhasil melaju jauh di edisi tersebut. 

  1. AS vs Iran (Prancis 1998)

Inilah pertemuan pertama kedua negara yang berkonflik sejak revolusi Islam Iran di akhir dekade 1970an. Pemeritah AS termasuk yang paling ngotot memberikan sanksi embargo kepada Iran, terutama pada masa pemerintahan presiden tertentu seperti Ronald Reagan dan George Bush. Untungnya, kekhawatiran akan munculnya konflik terbuka antar pemain atau pendukung langsung sirna saat kedua tim justru melakukan sesi foto bersama sebelum bertanding, alih-alih berfoto sendiri-sendiri. Laga berlangsung menarik dan tim Melli lah yang keluar sebagai pemenang dengan skor 2-1. Hamid Reza Estili dan Mehdi Mahdavikia menjadi pencetak gol kemenangan dan hanya mampu dibalas sekali oleh Brian McBride. 

  1. Jerman Barat vs Jerman Timur (Jerman 1974)

Ini adalah satu-satunya pertemuan dua Jerman yang terpisah karena Perang Dunia 2. Di masa perang dingin, duel dua tim ini tentu menimbulkan kekhawatiran adanya konfrontasi panas antar pemain atau fans. Namun yang terjadi cukup melegakan. Dua tim tampak bermain menyerang dan fairplay pada laga pamungkas grup A tanpa ada aksi kekerasan apapun. Jerman Timur akhirnya keluar sebagai pemenang lewat gol tunggal yang diciptakan oleh Jurgen Sparwasser. Kedua tim pun tetap lolos ke babak berikutnya.

  1. Italia vs Prancis (Prancis 1938)

Laga ini bisa dibilang laga politis yang terpanas di piala dunia sebelum Perang Dunia 2 pecah. Meski tidak ada aksi brutal dilapangan, publik tuan rumah yang anti fasis tidak simpatik dengan tim Gli Azzurri yang melakukan aksi berbau politik dengan sengaja, yaitu melakukan hormat ala NAZI, bukan hanya sekali namun dua kali sebelum laga digelar. Italia saat itu memang sedang dipimpin oleh sekutu terdekat Adolf Hitler, Benito Mussolini. Laga perempat final yang digelar di Paris tersebut akhirnya berkesudahan dengan 3-1 bagi keunggulan anak asuhan Vittorio Pozzo. 

  1. Jerman Barat vs Belanda (Jerman 1974 & Italia 1990)

Duel ini bisa dibilang laga politis paling panas dilapangan, terutama di edisi 1990, yang diwarnai perang mulut antara Rudi Voeller dan Frank Rijkaard. Akar perseteruan kedua kubu dipicu oleh sentimen rakyat Belanda terhadap Jerman yang sempat menduduki negeri tersebut pada masa Perang Dunia 2. Laga ini pun idealnya dianggap sebagai ajang balas dendam bagi Belanda. Sayangnya, di dua laga tersebut, tak ada satupun yang dimenangkan tim Oranje. Mereka menyerah dari tim Panser dengan skor yang sama 1-2 di final edisi 1974 dan perdelapanfinal di edisi 1990. 

  1. Argentina vs Inggris (Meksiko 1986)

Bicara mengenai laga politis, partai yang satu ini merupakan laga yang bukan hanya seru, panas namun tanpa aksi brutal. Kedua negara sempat berkonflik di Perang Malvinas untuk memperebutkan Kepulauan Falkland yang berada di wilayah perairan Argentina di awal 1980an. Perseteruan tersebut berakhir dengan kemenangan Inggris di tahun 1982. Di laga ini, pihak Argentina lah yang lebih termotivasi untuk mengalahkan anak asuhan Bobby Robson. Sang kapten Maradona pun ikut mengobarkan semangat balas dendam isu Malvinas kepada rekan-rekannya. Hal itu pun terbukti berhasil dimana El Diego sendiri yang memborong dua gol, dimana keduanya menjadi gol ikonik, gol ‘Tangan Tuhan’ yang memicu protes Three Lions dan gol ‘abad ini’ yang fenomenal. Inggris hanya bisa membalas lewat tandukan Gary Lineker.